MENAPAKI KILAS BALIK SAKMA-STMA
Assalaamu’alaikum wr.wb.
Olak- olai pucuak lansano, barabah tabang sabarieh
Kahadapan kito basamo, kito mulai bapatatah- patitieh
“ Mancaliak contoh ka nan sudah,
mancaliak tuah ka nan manang”
“ Usang- usang di pabaharui
lapuak- lapuak dikajangi”.
“ Nan elok dipakai,
nan buruak dibuang,
kok singkek mintak diuleh,
kok panjang mintak dikarek,
nan umpang mintak disisiet”.
“ Sakabek bak siriah,
sarumpun bak sarai”.
“ Iman nan tidak buliah ratak,
kamudi nan tidak buliah patah,
padoman indak buliah tagelek,
haluan nan tidak buliah barubah”.
“ Alang tukang mambuang kayu,
Alang cadiak binaso adat
Alang alim rusak agamo,
Alang sapaham kacau nagari”.
“ Dek ribuik kuncang ilalang,
katayo panjalin lantai.
Hiduik nan jaan mangapalang,
Kok ta’kayo kuasoi ilmu nan bapakai”.
“ Indak nan merah pado sago,
indak nan kuriak pado kundi,
Indak nan elok pado baso,
Indak nan indah pado budi”.
“ Anak ikan dimakan ikan,
gadang disawah anak tanggiri.
Ameh bukan pangkek pun bukan,
Budi sabuah rang hargoi”.
“ Dulang bareh baok balaia,
dulang padi baok pananti.
Utang ameh buliah dibaia,
Utang budi dibaok mati”.
Kahadapan kito basamo, kito mulai bapatatah- patitieh
“ Mancaliak contoh ka nan sudah,
mancaliak tuah ka nan manang”
“ Usang- usang di pabaharui
lapuak- lapuak dikajangi”.
“ Nan elok dipakai,
nan buruak dibuang,
kok singkek mintak diuleh,
kok panjang mintak dikarek,
nan umpang mintak disisiet”.
“ Sakabek bak siriah,
sarumpun bak sarai”.
“ Iman nan tidak buliah ratak,
kamudi nan tidak buliah patah,
padoman indak buliah tagelek,
haluan nan tidak buliah barubah”.
“ Alang tukang mambuang kayu,
Alang cadiak binaso adat
Alang alim rusak agamo,
Alang sapaham kacau nagari”.
“ Dek ribuik kuncang ilalang,
katayo panjalin lantai.
Hiduik nan jaan mangapalang,
Kok ta’kayo kuasoi ilmu nan bapakai”.
“ Indak nan merah pado sago,
indak nan kuriak pado kundi,
Indak nan elok pado baso,
Indak nan indah pado budi”.
“ Anak ikan dimakan ikan,
gadang disawah anak tanggiri.
Ameh bukan pangkek pun bukan,
Budi sabuah rang hargoi”.
“ Dulang bareh baok balaia,
dulang padi baok pananti.
Utang ameh buliah dibaia,
Utang budi dibaok mati”.
Latar belakang SAKMA ( Sekolah Analis Kimia Menengah Atas )
Pendirian SAKMA diprakarsai Yayasan Imam Bonjol yang diketuai Bapak Drs. Azhari ( almarhum ). Pada kira- kira pertengahan Januari 1964 beliau membicarakan dengan saya persiapan- persiapan dan langkah- langkah yang perlu dilakukan guna pendirian SAKMA di Padang/ Sumatera Barat. Gedung atau ruang belajar telah disepakati dan disetujui oleh Kepala SMP Negeri No. 2 di Jalan Pasar Ambacang, dapat dipergunakan pada sore hari. Kurikulum dan silabus SAKMA Bogor telah berada ditangan beliau dan dapat dipergunakan seperlunya. Beliau telah pula menghubungi Ibu Ir. Asnidar Kusrin ( alumni Fak. Teknik Kimia Universitas Gajah Mada ) untuk dicalonkan jadi Kepala Sekolah.
Pada kira- kira pertengahan Juli 1964, diruang kerja Bpk. Drs. Azhari ( waktu itu beliau adalah Pejabat Wali Kota Padang ) di Balai Kota Padang diselenggarakan rapat persiapan operasional SAKMA, yang dihadir antara lain :1. Bpk. Drs. Azhari
2. Bpk. Doelma Noer
3. Bpk. Mahjuddin Arif
4. Bpk. Zainal Arifin
5. Bpk. Soemanto
6. Bpk. Abdul Hannie Ac
7. Bpk. Noersal Sabiran
8. Bpk. Syahrial
9. Bpk. Meigoes Maaroef
Dari hasil pertemuan tersebut disepakati berasama untuk dapat segera mempersiapkan segala sesuatunya yang berhubungan dengan :
1. Kepastian persetujuan menggunakan ruang belajar SMP Negeri No. 2 Padang
2. Mempersiapkan dan menentukan Staf Pengajar
3. Menyetujui Ibu Ir. Asnidar Kusrin sebagai Kepala Sekolah Pertama.
Allhamdulillah, maka pada tanggal 28 Oktober 1964 diresmikanlah bermulanya proses belajar mengajar SAKMA Yayasan Imam Bonjol di Gedung SMP Negeri No. 2 Padang di Jalan Pasar Ambacang, dengan jumlah siswa 15 orang. Kegiatan praktikum baru dimulai pada tahun ke- II ( Klas II ) bertempat digudang perusahaan limun PERDIS, milik Bpk. Kahar Mak Uncu, didepan kantor PLN. Alat- alat praktikum/ kaca masih sangat terbatas dan sederhana sekali, berkat bantuan Bpk. Doelma Noer. Bahkan sebagai pelengkap, pengganti kaca Erlenmeyer digunakan juga “ gelas kaki lima “. Pertengahan tahun 1965 Ibu Ir. Asnidar Kusrin mengundurkan diri dari jabatan Kepala Sekolah. Selanjutnya dijabat Bpk. Drs. Azhari sendiri. Pada pertengahan tahun 1967 dengan SK Yayasan Imam Bonjol yang ditanda tangani Ketua Bpk. Drs. Azhari, ditunjuklah Bpk. Meigoes Maaroef menjadi Kepala Sekolah. Periode Pasar Ambacang, belajar sore hari di SMP Negeri No. 2 Padang, berlangsung 3 ( tiga ) Tahun Pelajaran ( tiga kali proses penerimaan siswa ). Berbicara masalah “ hambatan “, jelas masalah “prasarana dan sarana “ serta “ sumber pembiayaan “ masih sangat terbatas sekali.
Setelah meletusnya peristiwa G30S, dimana PEPELRADA ( Penguasa Pelaksana Perang Daerah ) menyita milik organisasi yang dianggap terlibat, maka kami beserta Bpk. Drs. Azhari dan Bpk. Mansoer Djohan Dt. Maradjo mengajukan Surat Permohonan agar diizinkan/ diperkenankan menggunakan gedung bekas sekolah Cina di Jalan Klenteng 319 Padang untuk ruang belajar ( catatan : sekaligus permohonan untuk STMA yang segera akan dibuka/ menerima siswa ).
Maka sejak awal tahun 1967 resmilah SAKMA menempati gedung di Jalan Klenteng 319 Padang itu bersama- sama dengan STMA dilantai dasar, sedangkan lantai dua ditempati SSRI ( Sekolah Seni Rupa Indonesia ).
STMA ( Sekolah Teknologi Menengah Atas )
Sekitar triwulan pertama tahun 1966, beredar Surat Edaran dari Departemen Perindustrian Rakyat yang ditanda tangani oleh Pembantu Utama Militer, yang menganjurkan kepada daerah- daerah Tingkat I untuk menumbuhkan atau mendirikan STMA di masing- masing daerah.
Para Alumnus STMA Yogyakarta yang berada di Padang dan bertugas di Dinas Perindustrian Daerah Tingkat I Sumatera barat menyambut baik kesempatan ini dan membicarakannya dengan Kepala Dinas, agar maslah ini dapat dibicarakan dengan Pemerintah Daerah Tingkat I/ Gubernur Sumatera Barat. Hal ini kurang mendapat tanggapan, , maka para alumnus STMA Yogyakarta tersebut mendesak Kepala Dinas agar dapat memberi mandate kepada para alumnus tersebut untuk dapat menumbuhkan pendirian STMA di Padang, di daerah ini.
Pada dasarnya Kepala Dinas Perindustrian Daerah Tingkat I Sumatera Barat dapat menyetujui, dengan catatan seluruh pembiayaan harus diusahakan sendiri. Maka dalam pertemuan para alumnus STMA Yogyakarta tersebut disepakati untuk segera mewujudkan pendirian STMA Padang. Pertemuan tersebut menunjuk Bpk. Meigoes Maaroef untuk menjabat Kepala Sekolah, namun yang bersangkutan melimpahkan kepada Bpk. Mansoer Djohan Dt. Maradjo dan akan selalu bekerja sama.
Alhamdulillah, 7 Februari 1967 maka dimulai pulalah proses belajar mengajar pada STMA Padang di Gedung Jalan Klenteng 319 Padang, bersama- sama dengan SAKMA Padang ( catatan : STMA Padang program EMPAT tahun pula, seperti halnya SAKMA Padang ).
Langkah- langkah Penanganan dan Kebijaksanaan
Mengingat terbatasnya dana yang semata- mata dari orangtua para siswa berupa Uang Sekolah, maka sering sekali Honoraria para Staf Pengajar tidak dapat dibayarkan pada waktunya yang jumlahnya juga relatif kecil. Apatah lagi untuk menambah atau melengkapi sarana praktikum di laboratorium. Namun demikian, nawaitu yang satu dan kebersamaan, selalu menjadi pemacu motivasi untuk dapat berbuat lebih dari hari ke hari.
Walaupun kedua sekolah ini Sekolah Kejuruan, maka tetap kita mengutamakan operasional nilai kependidikan, yang berikutnya disertai pengajaran. Pendekatan kejiwaan dalam arti kebersamaan, untuk mencapai harapan para orang tua selalu kita tanamkan pada anak didik.
Maka sejak tahun 1968, pada saat selesai testing penerimaan siswa baru, dilakukan acara pertemuan dengan para orangtua dalam rangka/ acara “ SERAH TERIMA ANAK DIDIK DARI ORANG TUA KEPADA MAJELIS GURU “. Pada pertemuan tersebut, salah seorang orang tua siswa, atas nama seluruhnya menyerahkan anak- anaknya kepada majelis guru untuk dididik dan diajar sesuai bidang/ kejuruannya. Kepala Sekola atas nama Majelis Guru akan menerima penyerahan itu. Selanjutnya, masing- masing siswa akan mengisi blanko Surat Perjanjian yang diketahui/ ditanda tangani orang tua. Setelah mereka LULUS UJIAN AKHIR, dilakukan Penyerahan Kembali anak didik dari Majelis Guru kepada Orang tua.
Sejak tahun 1968 itu pula disepakati memberlakukan ketentuan Pakaian Seragam bagi para siswa, begitu staf pengajar dan karyawan. Bagian atas berwarna “ putih “ dan bagian bawah “abu- abu “. Pakaian seragam ini wajib dipakai pada hari “ SENIN “ dan “ KAMIS “ dan para siswa harus melengkapinya dengan “ DASI “ yang berwarna “ abu- abu “ juga.
Jangkauan pikiran yang ditumbuhkembangkan dalam masing- masing jiwa anak didik, tidaklah muluk- muluk, tetapi objektif dan rasional, bahwa pembangunan bangsa dan negara ini, khususnya dibidang industri, membutuhkan tenaga trampil, ulet, tekun, jujur dan selalu ingin memperdalam dan mengembangkan ilmu.
Pada akhir tahun 1968 itu pula untuk Pertama Kali SAKMA menyelenggarakan “ UJIAN AKHIR “. Untuk pengurusan SURAT KEPUTUSAN UJIAN AKHIR itu ke Departemen Perindustrian Rakyat, dalam hal ini ditangani oleh PN. PN NUPIKSA YASA, di Jakarta jelas memerlukan biaya. Dalam hal ini Yayasan Imam Bonjol tidak mungkin menyediakannya, maka dalam hubungan dengan pengusaha industri terpaksalah mohon bantuan pinjaman. Yang terjun ikut membantu pemberian pinjaman ini adalah “ Gabungan Pengusaha Karet Indonesia “ yang diketuai oleh Bpk. Aminsyah Nasution. Pinjaman tersebut diangsur secara mencicil dan baru lunas setelah lebih kurang “ satu setengah tahun “.
Pengurusan SK UJIAN AKHIR itu ke Jakarta naik kapal “ Klas Dek “ pulang pergi. Khusus untuk UJIAN AKHIR PERTAMA ini SAKMA mendapat kehormatan, karena yang menjadi KETUA PANITIA nya adalah Bpk. Prof. Dr. Isjrin Nurdin. Peserta Ujian Akhir Pertama ini berjumlah 13 (tigabelas) orang, dan yang dapat dinyatakan “ LULUS“ hanya 9 ( sembilan ) orang.
Pada akhir tahun 1968 itu, dalam lingkungan Departemen Perindustrian ditumbuhkan LPPI ( Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri ) yang membawahi Balai- balai Penelitian dan Sekolah/ Akademi/ Sekolah Tinggi. Kami selalu menghubungi beliau- beliau yang bertugas di Lembaga tersebut, selalu kami ajak berkunjung ke SAKMA dan STMA serta memperlihatkan fakta yang berkembang, disamping me-informasikan kesulitan dan hambatan yang dihadapi.
Alhamdulillah, berkat izinNya jua, pada Tahun Kedua REPELITA I ( 1970- 1971 ), SAKMA dan STMA masing- masing mendapatkan Rp. 2.000.000,- ( dua juta rupiah ) dana DIP ( Daftar Isian Proyek ). EMPAT JUTA dana yang didapatkan tersebut dimanfaatkan sepenuhnya untuk peningkatan sarana LABORATORIUM, berupa meja-praktek, peralatan kaca/ gelas dan bahan- bahan kimia.
Keberkatan ini semakin memacu semangat dan motivasi proses belajar mengajar, terutama dikalangan anak didik. Dengan kesadaran mereka akan peraturan dan disiplin yang diberlakukan di sekolah dan keseharian, disertai pakaian seragam pada hari Seni dan Kamis, serta kesatupaduan dan keseriusan para pendidik, maka kecerahan ke depan semakin terbayang dan terlihat.
Namun dibalik itu, cobaan masih juga dialami oleh SAKMA, dimana salah seorang Kepala Sekolah sejenis di Sumatera mempertanyakan de Departemen Perindustrian mengapa SAKMA Padang yang didirikan Yayasan Imam Bonjo mendapatkan pula dana Pelita. Akibat gugatan tersebut, maka mulai tahun ke- 3 ( 1971/1972 ) Pelita I sampai tahun ke- 1 ( 1974/ 1975 ) Pelita II, dana bantuan tersebut dihentikan.
Pada saat terhentinya dana Pelita untuk SAKMA ini, usaha kita untuk mendapatkan dana ganti- rugi tanah disamping SMA Negeri No. 2 Padang dikucurkan melalui DIP tahun 1971/ 1972. Pembangunan Gedung Sekolah mulai tahun 1972/ 1973, dan selesai Tahun Anggaran 1975/ 1976.
Lokasi yang kita dapatkan di Jalan Ir. H. Juanda No. 2 tersebut berkat bantuan dan kebijaksanaan Bpk. St. Aziz yang pada waktu itu menjabat Kepala Jawatan Agraria Kota Madya Padang dan bantuan penuh Bpk. Drs. Hasan Basri Durin yang pada waktu itu menjabat Wali Kota Padang.
Lokasi yang kita dapatkan di Jalan Ir. H. Juanda No. 2 tersebut berkat bantuan dan kebijaksanaan Bpk. St. Aziz yang pada waktu itu menjabat Kepala Jawatan Agraria Kota Madya Padang dan bantuan penuh Bpk. Drs. Hasan Basri Durin yang pada waktu itu menjabat Wali Kota Padang.
Berkat kegigihan usaha bersama, maka pada Tahun Ke- 2 Pelita II ( 1975/ 1976 ) kembali SAKMA mendapatkan Dana Pelita.Perlu kiranya dikemukakan disini, beliau- beliau yang sering dan selalu kita hubungi dan telah memberikan dorongan serta petunjuk- petunjuk, yang menyebabkan kembali dikucurkannya Dana Pelita itu, yaitu adalah :
1. Bpk. Drs. Harun Zain, Gubernur Kep. Daerah Tk. I Sumatera Barat.2. Bpk. Drs. Elchaidi Elias, Kep. Biro Perencanaan/ Keuangan Departemen Perindustrian
3. Bpk. Ir. Soebroto, M.Sc, Kep. PUSDIKLAT
4. Bpk. Drs. Yuzinir, Staf Biro Perencanaan dan beberapa Staf Operasional, baik di Dep. Perindustrian maupun di Pusdiklat.
Anggaran Pembangunan/ Pelita, pada dasarnya dimanfaatkan terutama untuk menambah dan melengkapi peralatan Laboratorium, Perpustakaan, Perbengkelan serta bahan- bahan kimia untuk Praktikum. Biaya operasional, berupa honoraria Staf Pendidik/ Pengajar dan kebutuhan bahan- bahan lainnya masih bergantung kepada hasil penerimaan Uang Sekolah dari anak didik.
Sehingga, pada saat perpanjangan Tahun Pelajaran yang ditetapkan Pemerintah kembali ke pertengahan tahun kabisat, maka sumber pemasukan dari orang tua anak didik tidak mungkin dipaksakan, dan amat seret sekali, maka satu- satunya cara mendapatkan dana adalah berusaha mendapatkan pinjaman/ kredit.
Maka, didapatkanlah pinjaman/ kredit dari BANK NASIONAL dengan “ AGUNAN/ BORG “ tanah dan rumah keluarga- keluarga :
1. Meigoes Maaroef2. Mansoer Djohan Dt. Maradjo
3. Anas Dars.
Dilatar- belakangi oleh tingkat kesadaran dan pemahaman yang terarah, baik anak- didik maupun Staf Pengajar/ Pendidik, berlandaskan disiplin yang bernuansa keagamaan dan buday/ adat yang memasyarakat, maka kegiatan proses belajar- mengajar semakin menunjukkan hasil yang selama ini diharapkan, dan semakin memotivasi mereka yang terlibat untuk selalu berusaha dan berbuat lebih.
Pada pertengahan tahun 1985 STMA dinyatakan langsung bernaung dalam lingkungan Departemen Perindustrian, sehingga mendapatkan anggaran rutin untuk biaya operasional.
Menjelang akhir tahun 1993, Yayasan Imam Bonjol menyerahkan pula pengelolaan sepenuhnya SAKMA kepada Departemen Perindustrian.
Menjelang akhir tahun 1993, Yayasan Imam Bonjol menyerahkan pula pengelolaan sepenuhnya SAKMA kepada Departemen Perindustrian.
Pada pertengahan Januari 1994, maka dilakukanlah penggantian Kepala SAKMA/ SMAKPA dan STMA/ SMTI, oleh Kepala PUSBINLAT Departemen Perindustrian bertempat di Gedung Sekolah Jalan Ir. H. Juanda No. 2 Padang.
Hasil- Hasil Yang Dicapai
Sampai saat kami menyerahkan jabatan kepada pengganti- pengganti kami, dapat dicatat beberapa hasil yang dapat dicapai, Alhamdulillah, dapat disebutkan antara lain :
- Pembangunan Gedung Sekolah di Jalan Ir. H. Juanda No. 2 Padang.Pada Daftar Isian Proyek ( DIP ) Tahun 1972/ 1973 atas nama STMA, karena Dana Pelita untuk SAKMA dihentikan pada waktu itu selama 4 ( empat ) tahun anggaran.
- Peralatan Laboratorium termasuk Analytical Instruments, Peralatan Perbengkelan serta Bahan Keperpustakaan sudah memadai, yang memungkinkan proses belajar- mengajar berlangsung intensif.
SAKMA/ SMAKPA…………………………1. 692 0rang
STMA/ SMTI………………………………… 613 0rang
4. Yang patut dicatat dan sesungguhnya paling utama pula dalam berusaha menuju dan mencapai keberhasilan, adalah Peraturan dan Disiplin, baik terhadap Anak- didik maupun terhadap Staf Pendidik/ Pengajar yang dibudayakan “ TAGANG BAJELO- JELO, KANDUA BADATIAK- DATIAK “. Hal ini terutam pada Anak- didik dalam menumbuhkan “ kebanggaan dan kepercayaan kepada diri “ , menggerakkan “ ketekunan dan kesungguhan “ sehingga membuahkan “ KEBERHASILAN “.
Demikian.
“ Dek lamo lupo, dek banyak ragu.
Tak ado gadiang nan indak ratak “
Padang, 10 April 2003
H. Meigoes Maaroef
Published as original by :
Yuda Handika/ AK 90-91
0 Comments:
Post a Comment
<< Home