Friday, August 25, 2006

Ihsan Idol 3

Berkat ajang Indonesian Idol, hidup Muhammad Ihsan Tarore asal Deli Serdang, Sumatera Utara, seperti berbalik 180 derajat. Dulu, karena kemis-kinan keluarganya, ABG 17 tahun itu hanya bercita-cita menjadi pelayan restoran. Tapi kini, dia telah menjadi salah satu sosok terkenal di negeri ini. Ihsan yang Sabtu lalu berhasil menjadi jawara baru Indonesian Idol itu lahir dalam keluarga yang hidupnya serba pas-pasan. Sang ayah, Kusnadi, sehari-hari adalah penarik becak di Medan. Sang ibu, Ny Endang Susilawati, membuka warung di bagian depan rumahnya.Laporan MARIA WARDHANI P, Jakarta

Ihsan, sulung dari tiga bersaudara, punya pekerjaan rutin setiap pulang sekolah di SMK Shandy Putra, Medan. Sepulang sekolah, dia langsung membantu ayahnya mencangkul di ladang milik PTPN dan mengerjakan tugas rumah. "Saya di rumah kebagian cuci piring dan masak," kisahnya.

Keahliannya memasak itulah yang lantas mendorongnya masuk ke sekolah kejuruan. Ihsan mengambil jurusan perhotelan. "Waktu itu, cita-cita saya tak muluk-muluk. Ingin menjadi pelayan restoran agar kehidupan keluarga kami lebih baik," katanya.

Bakat menyanyinya mulai diperhatikan ketika Ihsan duduk di bangku SMK. Dia sempat menjuarai beberapa lomba menyanyi. "Asal biaya daftarnya murah, saya pasti ikut lomba nyanyi," kenangnya. Karena itu, begitu ajang Indonesian Idol digelar, Ihsan mengungkapkan niatnya kepada kedua orang tuanya.

Awalnya, niatnya ditentang kedua orang tua. Kusnadi, sang ayah, sedang dalam kondisi sakit. Namun, demi anak sulungnya itu, Kusnadi akhirnya mengalah. Dalam keadaan sakit, dia mengantar anaknya mengikuti audisi. "Bapak pas sakit nganterin Ihsan naik becaknya," ujar Ny Endang.

Audisi yang dijalani Ihsan tak semulus yang dibayangkan. Dia sempat dinyatakan gagal di audisi hari pertama dan kedua. Baru di hari ketiga, Dewi Fortuna menyertainya. Ihsan lolos ke babak berikutnya.

Meski tiket ke Jakarta sudah di tangan, Ihsan dan keluarganya masih dipusingkan masalah biaya. Ihsan akhirnya nekat berangkat dengan uang tabungannya Rp250 ribu.

Jumlah ini setelah dihitung-hitung masih kurang. Untung, beberapa tetangganya tak tinggal diam. Mereka mengumpulkan uang, kemudian diberikan kepada Ihsan sebagai tambahan biaya selama di Jakarta. Dari para tetangga itu, terkumpullah uang Rp250.000.

Berbekal uang Rp500 ribu itulah, Ihsan mengadu nasibnya di Jakarta. Di awal kedatangannya, Ihsan sempat minder dengan para kontestan lain. Tak hanya dalam hal kepercayaan diri, penampilan pria yang dinaungi zodiak Leo itu juga terlihat berbeda dari kontestan kebanyakan.

Tapi, suaranya yang merdu dan khas mampu membuat Ihsan bertahan hingga masuk ke babak 12 besar dan melaju menjadi grand finalis bersama Dirly Dave Sompie. Melihat tahap demi tahap yang berhasil dilalui Ihsan, sang kakek, Ngadiman, tak tinggal diam. Agar bisa menyaksikan cucunya berlaga di Jakarta, Ngadiman sampai harus menjual mobil Daihatsu keluaran tahun 80-an. "Laku Rp1,4 juta, habis buat biaya ke Jakarta. Tapi nggak apa-apa. Karena memang niatnya untuk nonton Ihsan," cerita Ny Endang.

Begitu Ihsan dinyatakan sebagai pemenang, keluarganya tak mampu menahan haru. Cita-cita Ihsan untuk membawa keluarganya ke taraf hidup yang lebih mapan sudah terbuka lebar. "Dia sudah nazar, kalau menang, uangnya buat ongkos kami naik haji," lanjutnya.

Endang menyatakan, Ihsan juga mengutarakan cita-citanya untuk membelikan rumah yang layak bagi keluarganya. Selama ini, Ihsan tidur di langit-langit warung milik sang ibu. "Kamar Ihsan di langit-langit, hanya ditutupi kelambu," sambungnya.

Selain itu, Ihsan pernah berjanji, jika karirnya sebagai penyanyi sudah mapan, dia bakal menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk modal membuka restoran. "Dia memang pintar masak. Karyawannya nanti ya saudara-saudaranya sendiri, biar semuanya bisa bekerja," ujarnya.

Bagaimana dengan hadiah mobil Suzuki Swift yang menjadi hak Ihsan karena prestasinya itu? Meski belum bisa menyetir, Ihsan akan membawa pulang mobil hadiahnya itu. Selain mendapat mobil, Ihsan memperoleh beasiswa hingga meraih gelar sarjana. Terus terang, hal inilah yang paling melegakan kedua orang tuanya. Sebab, selama empat bulan mengikuti karantina di Jakarta, Ihsan tidak mendapatkan dispensasi dari sekolahnya. "Dia minta ujian susulan tidak boleh. Alasannya, tidak ikut ujian praktik. Jadi, Ihsan tidak naik kelas," paparnya.

Dengan beasiswa itu, Ihsan bakal diizinkan pindah ke ibu kota. Harapannya, selain sekolahnya lancar, Ihsan juga dapat meniti karir yang cemerlang di ibu kota.(jpnn/aka)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home